Hujan dan Airmata

(Fiksi mini 100 kata)

payung

Gabruk! Prita berlari dari rumah kontrakan. Tak peduli pada guyuran hujan. Hatinya riuh, “Ini hari istimewa, tahu! Masa’ kamu tidak curiga? Kan ada hidangan spesial. Memangnya memasak itu gampang? Memangnya murah? Kok kamu tenang-tenang saja?”

Air mata berbaur dengan derai hujan. “Mama benar. Kawin muda itu lebih banyak dukanya daripada sukanya. Aku benci kamu, Ga!”

Tiba-tiba hujan berhenti baginya. Ada payung menaunginya. Ada lengan kekar melingkari bahunya. Ada bisik di telinganya, “Maaf ya, aku lupa. Janji, tahun depan tidak lagi.”

Tangan itu menghapus sisa air di pipi. Prita menyusup ke pelukan Angga. Mereka berbalik arah. Mi panjang umur sudah menunggu.


Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.